Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria sp. Di Tambak
A. Konstruksi Petak Tambak Dan Saluran
Untuk tambak baru selesai konstruksi, sebelum operasionalnya dimulai, terlebih dahulu yang harus diperhatikan yaitu pengecekan konstruksi tambak guna mengetahui kemungkinan adanya kebocoran di pematang dan pintu air, selain untuk mengetahui juga kemampuan tanggul menahan volume air maksimal.
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan rumput laut ditambak terpadu selama pemeliharannya antara lain ekologi dan konstruksi tambak. Beberapa syarat tambak pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Terpadu (polikultur) dengan udang atau bandeng yaitu:
- Lokasi tambak dekat dengan pantai;
- Tersedianya sumber air tawar untuk menurunkan salinitas;
- Areal terlindung angin;
- Perbedaan pasang surut yang cukup sehingga memudahkan pergantian air tambak;
- Dasar perairan terdiri dari pasir dan lumpur;
- Pergantian air laut dilakukan 30%, setiap tiga hari atau seminggu dua kali.
Dalam melakukan usaha budidaya ikan, masalah konstruksi petakan tambak sebaiknya harus disesuaikan dengan teknologi yang akan diterapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan konstruksi tambak budidaya rumput laut terpadu/polikultur (rumput laut dengan udang/bandeng) antara lain :
1. Bentuk tambak budidaya
a. Luas petakan berkisar 1 ha dan berbentuk persegi panjang;
b. Setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan membentuk sekat-sekat berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut pada salah satu bagian tambak;
c. Dasar tambak tanah berlumpur dan sedikit berpasir;
d. Pintu air dua buah untuk setiap petak, yang berfungsi sebagai pintu pemasukan dan pintu pembuangan;
e. Kedalaman air antara 50 - 100 cm;
f. Kontur tanah melandai 5 - 10 cm;
2. Pematang
Pematang utama/tanggul utama merupakan bangunan keliling tambak yang gunanya untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir, erosi dan air pasang. Oleh karena itu dalam konstruksinya pematang/tanggul harus dibangun benar-benar kuat, bebas dari bocoran dan aman dari kemungkinan longsor.
3. Pintu air
Dalam petakan tambak pintu air merupakan pengendali dan oengatur air dalam operasional budidaya. Oleh karena itu dalam budidaya di tambak jumlah pintu air tergantung tingkat teknologi yang diterapkan. Di petakan tambak biasanya pintu air terdiri atas dua macam yaitu pintu air pemasukan dan pembuangan.
4. Saluran air
Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk memasukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air dari laut ataupun air tawar dari sungai/irigasi.
B. Pemeliharaan Gracillaria sp.
Usaha budidaya rumput laut gracillaria sp, di tambak dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara monokultural maupun polikultural (terpadu). Namun kalau ditinjau darai dua cara budidaya diatas, untuk budidaya polikultur ternyata lebih menguntungkan di bandingkan dengan cara monokultur. Hal ini karena dalam budidaya rumput laut secara polikultur dapat meningkatkan efesiensi penggunaan lahan dan pendapatan pembudidaya ikan secara berkesinambungan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Di tambak secara polikultur dengan udang dan atau bandeng yaitu :
1. Persiapan Penanaman
a. Persiapan Lahan
Sebelum benih/bibit ditebar ke dalam petakan tambak, kegiatan persiapan lahan yang terlebih dahulu harus dilakukan yaitu dasar petakan tambak dibersihkan dari hewan-hewan predator. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam rangka persiapan lahan petakan tambak.
- Pengangkatan dasar tambak atau lumpur ke atas pematang dan setelah kering dimasukan kembali ke dalam tambak;
- Kegiatan ini hanya dilakukan setelah panen dan sebelum penanaman;
- Saluran air yang ditumbuhi lumut maupun ditutupi tanah dasar tambak dibersihkan untuk menjaga sirkulasi air agar tetap lancar;
- Untuk mempercepat pertumbuhan, dapat juga dipupuk dengan menggunakan pupuk dan unsure hara 450kg/ha;
b. Penyediaan bibit rumput laut dan benih ikan/udang
Penyediaan bibit rumput laut awalnya dilakukan dengan koordinasi dan bantuan dari perusahaan yang mengembangkan bibit untuk jenis rumput laut pilihan yang telah teruji dan dapat memenuhi persyaratan mutu, baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor.
Yang harus diperhatikan dalam membawa bibit rumput laut agar tidak terjadi kematian selama dalam perjalanan adalah :
- Bibit harus tetap dalam kemasan basah/lembab selama dalam perjalanan;
- Tidak terkena air tawar atau hujan;
- Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain;
- Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan an lainnya;
Cara pengepakan bibit :
- Diperlukan kantong plastic yang lebar sesuai dengan potongan-potongan bibit rumput laut yang akan dibawa;
- Menyusun bibit rumput laut ke dalam kantong plastic tanpa dipadatkan agar bibit tidak rusak, kemudian mengikat bagian atas kantong plastic dgn tali;
- Membuat lubang pada bagian atasnya dng menggunakan jarum;
- Memasukan kantong plastik ke dalam kotak karton;
Setelah sampai tujuan, bibit harus dibuka dan direndam dalam air tambak supaya bibit cepat beradaptasi dari perairan asalnya ke perairan yang baru dimana bibit akan dibudidayakan.
Setelah dilakukan perendaman selama 1 – 2 hari barulah dilakukan pemilihan bibit yang masih baik. Secara umum memilih bibit yang baik dapat dilihat agak gelap dan tidak pucat. Untuk memperanyak bibit selanjutnya dapat dilakukan secara pemotongan (vegetative) setelah bibit tersebut berumur 2 – 4 minggu.
Untuk benih bandeng dan udang disarankan diambil dari hatchery yang baik (bersertifikat )agar mendapatkan hasil yang baik.
c. Penanaman bibit
Penanaman bibit rumput laut di tambak dilakukan dng menggunakan metode broadcast, dimana bibit ditebar di seluruh bagian tambak.
Penebaran dengan cara ini punya keuntungan yaitu biaya murah, penanaman maupun pengelolaanya.
Waktu penebaran dilakukan pada atau sore hari agar rumput laut tidak mengalami kekeringan. Pada penanaman pertama, rumput laut harus diambil dari nursery (gudang bibit) agar menjaga kualitasnya. Untuk penanaman selanjutnya, bibit rumput laut dapat diambil sebagian kecil dari hasil panen. Apabila kondisi salinitas dan alam mendukung rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora yang merupakan cikal bakal bibit rumput laut.
Periode penanaman perdana dilakukan selama 4 bulan, setiap bulan apabila sudah terlihat bongkahan-bongkahan, maka dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan dan merobek – robek sambil disebarkan.
Rata – rata penebaran bibit rumput laut untuk 1 ha sekitar 1 – 1,5 ton pada awal penanaman. Seandenya pertumbuha rumput laut mencapai di atas 3% maka padat penebaran bisa ditingkatkan menjadi 2 ton/ha.
Setelah 7 – 10 hari kemudian klekap-klekap mulai tumbuh, benih bandeng ukuran glondongan segera ditebar dengan padat penebaram 1.500 ekor. Seminggu kemudian baru ditebar benih udang ukuran tokolan dengan padat penebaran 5.000 ekor.
d. Pemeliharan
Pemeliharaan dan pengawasan dilakukan setiap hari, dgn melakukan pengawasan pada kualitas air dan suhu air tambak.
Penggantian air tambak dilakukan dua kali seminggu . pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan tanaman yang tertimbun lumpur.
Apabila pertumbuhan rumput laut kurang baik, dapat dilakukan pemupukan dng pupuk urea ataupun TSP dng konsentrasi 50 kg/ha.
e. Pengelolaan Air
Pengelolaan air tambak diutamakan dng menggunakan system gravitasi atau pasang surut air laut. Kualitas air baik, kuantitas cukup serta tidak tercemar dengan persayaratan :
1. Suhu air : 20 – 28 °C
2. Salinitas optimum : 15 – 37 permil
3. Ph : 6,8 – 8,2
4. Oksigen terlarut : 3 – 8 ppm
5. Kejernihan : air tidak terlalu keruh dan memungkinkan menerima sinar matahari
6. Polusi : jauh dari limbah industry
f. Pemberantasan Hama / Penyakit
Pemberantasan
Pemberantasan penyakit WHITE SPOT pada rumput laut dilakukan dng mengganti air tambak seminggu dua kali. Apabila dalam seminggu air tambak tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput alut akan terjadi bercak uang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.
g. Pengamatan Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan rumput laut yang dianggap menguntungkan adalah di atas 3% pertambahan berat per hari. Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan model eksponensial pertambahan berat per hari, yaitu :
Wo
Keterangan :
G = laju pertumbuhan dalam % per hari
Wo = berat tanaman mula-mula
Wt = berat tanaman sesudah t hari
t = lama penanaman (hari)
sumber : Ganda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar